The Queen’s Gambit Special Ed. : Catur Tarkam

Danny Hidayat
6 min readMar 19, 2021

Berbicara soal pandemi, dunia olahraga tanah air sepertinya mendapat dampak buruk yang cukup signifikan. Munculnya kebiasaan baru (yang kemudian disebut dengan new normal) yang mengharuskan menjaga jarak dan menghindari kerumunan sangat memberatkan kegiatan olahraga profesional. Sepak bola yang merupakan olahraga paling populer di tanah air dihentikan sejak PSSI memastikan kompetisi Liga 1 dan 2 musim 2020 dibubarkan. Hal ini semakin diperparah dengan bubarnya sejumlah klub sepak bola. Dunia bulutangkis juga mengalami hal serupa, yang dapat dilihat dengan hilangnya banyak turnamen di 2020 dan digantikan 3 turnamen rangkaian World Tour secara berurutan di awal 2021 yang semuanya berada di Thailand. Salah satu pemain ganda putra nomor satu Kevin Sanjaya Sukamuljo juga sempat terbukti positif Covid-19, yang mengakibatkan gagalnya Indonesia meraih podium nomor satu di nomor andalan tersebut. Baru — baru ini juga, seluruh pemain bulutangkis Indonesia juga dinyatakan tidak dapat melanjutkan pertandingan di All England 2021 karena adanya penemuan kasus positif Covid-19.

Namun, ditengah-tengah ketidakpastian turnamen dan ditundanya sejumlah multievent olahraga, dunia percaturan tanah air sepertinya justru membuat kehebohan sendiri. Kejadian ini dimulai dengan akun Chess.com “Dewa_Kipas” yang dimiliki oleh seorang pecatur amatir Dadang Subur berhasil mengalahkan International Master (IM) Levy Rozman dengan akun “GothamChess”. Kekalahan ini mengundang reaksi dari pendukung Levy dan berujung pada pemblokiran akun “Dewa_Kipas” dengan tuduhan kecurangan. Sang anak, Ali Akbar menggugah kasus tersebut ke akun facebook dan berhasil mendapatkan “simpati” dari netizen Indonesia, yang selanjutnya mengkritik hingga menyerang dengan komentar negatif di media sosial Levy dan juga Chess.com. Chess.com mengungkapkan bahwa pemblokiran tersebut tidak dilakukan karena reaksi pendukung Levy, namun karena memang adanya indikasi kecurangan. Ali dan Levy sudah berkomunikasi untuk menyelesaikan masalah tersebut dan kedua pihak setuju menghapus unggahan tentang pemblokiran akun “Dewa_Kipas” di media sosial masing — masing. Dadang Subur dan Ali Akbar juga menceritakan kejadian tersebut dalam video Podcast milik Deddy Corbuzier yang tayang pada 13 Maret 2021. Lantas, mengapa kasus pecatur amatir ini membuat heboh dunia percaturan?

Munculnya “Wonder Woman” yang (katanya ingin) menyampaikan kebenaran

Setelah video tersebut tayang, Woman Grandmaster (WGM) Indonesia Irene Kharisma Sukandar mengeluarkan surat terbuka yang ditujukan pada Deddy Corbuzier, mengajak untuk bersama-sama meluruskan masalah tersebut. Surat tersebut ditanggapi dan Deddy Corbuzier mengeluarkan video Podcast kedua yang dirilis pada 18 Maret 2021 yang juga menghadirkan Levy Rozman. Dalam video tersebut, Irene dan Levy Rozman menyebut bahwa memang ada indikasi kecurangan dari langkah — langkah catur yang dibuat oleh akun “Dewa_Kipas”. Irene menyebutkan berdasarkan data — data yang dikumpulkan, 95% kemungkinan akun “Dewa_Kipas” melakukan kecurangan. Irene juga mengatakan bahwa Grandmaster Indonesia Susanto Megaranto sempat menghubungi Dadang untuk bermain catur, namun permintaan tersebut ditolak. Setelah video Podcast kedua tersebut mengudara, Dadang mengungkapkan kekecewaannya dan menantang Irene untuk bertanding catur.

Irene sendiri pada awalnya sempat menolak tantangan tersebut. Namun, Ia mengklarifikasi bahwa ia perlu mendapat izin dari Kemenpora dan Percasi untuk bertanding. Setelah mendapat izin, Irene menerima tantangan tersebut dan menyebutkan di video di akun Youtube miliknya bahwa ia akan bertanding di laga persahabatan dengan Dadang Subur sebagai pecatur profesional. Deddy Corbuzier akan memfasilitasi laga persahabatan itu di Podcast miliknya dengan menyiapkan hadiah sebesar 150 juta.

Pelatnas masa gitu?

Sesungguhnya, saya merasa benar bahwa di satu sisi, Irene berusaha menyampaikan kebenaran menurut versi data yang sesuai dengan analisis Chess.com dan pecatur profesional, namun di sisi lain, saya juga merasa Irene justru sedikit kelewatan.

Mengapa?

Pertama, melihat dari surat terbuka dan video Podcast, Irene mengungkapkan bahwa ia sangat ingin menyampaikan kebenaran dari sisi yang lain dari pernyataan Dadang Subur. Irene sangat jelas mengungkapkan bahwa ia lebih mempercayai data — data yang diamatinya bahwa kemungkinan besar ada kecurangan dari akun “Dewa_Kipas”. Di video yang diunggah di akun Youtube pribadinya, Irene juga menyampaikan 2 kegundahannya terkait pernyataan Dadang Subur bahwa catur tidak menghasilkan uang dan uang dari catur dihasilkan lewat judi. Anehnya, dalam video Podcast bersama Deddy Corbuzier, Irene justru setuju dengan usul dari Deddy untuk mengadakan pertandingan antara Dadang Subur melawan para Grandmaster catur Indonesia untuk membuktikan pernyataan dan kemampuan Dadang Subur. Hal ini justru terkesan memberikan “fasilitas” yang berlebihan pada Dadang Subur. Jika memang Irene merasa citra catur Indonesia tergores karena kecurangan (seperti di surat terbuka) dan ingin menyampaikan kebenaran, maka ia seharusnya cukup menyampaikan data atau statistik yang dapat diunggah dalam akun Facebook atau Youtube pribadi miliknya sebagai counterargument atas pernyataan Dadang Subur (Irene sendiri menyebutkan bahwa banyak pertanyaan teknis yang ingin ditanyakan secara langsung pada Dadang Subur).

Kedua, Irene membawa Kemenpora, KONI, KOI, dan Percasi dalam kasus ini. Pertandingan di Chess.com bukanlah pertandingan resmi yang diakui FIDE (French acronym for International Chess Federation), artinya kemenangan yang diperoleh akun “Dewa_Kipas” saat melawan “GothamChess” tidak akan mempengaruhi Elo rating di FIDE. Secara mudahnya, kemenangan Dadang Subur di Chess.com tidak terlalu penting sehingga harus melibatkan Kemenpora, KONI, KOI, dan Percasi. Kalaupun ada kecurigaan terhadap indikasi kasus kecurangan di Chess.com, seharusnya yang menjadi penanggungjawab adalah pihak Chess.com dan pemilik akun “Dewa_Kipas”, sangat berbeda kasusnya jika ada indikasi kecurangan oleh atlet catur Indonesia dalam kompetisi resmi yang diakui FIDE. Ditambah lagi, pemilik akun “Dewa_Kipas”, yaitu Dadang Subur hanyalah orang yang iseng bermain catur di Chess.com tanpa Elo rating yang resmi dan bukan merupakan atlet atau pensiunan catur profesional. Hal ini menegaskan bahwa kalaupun Dadang Subur melakukan kecurangan, tidak akan serta-merta mencoreng nama atlet catur profesional Indonesia, bahkan Levy Rozman pun mengatakan bahwa ia juga selalu menemukan pemain curang setidaknya seminggu sekali dan menegaskan bahwa hal tersebut tidak berhubungan dengan negara asal. Menempatkan Kemenpora, KONI, KOI, dan Percasi dalam kasus kecurangan di platform Chess.com juga berlebihan mengetahui bahwa persoalan ini lebih dipengaruhi oleh sentimen publik.

Ketiga, Irene menerima tantangan dari Dadang Subur karena ungkapan perasaan sakit hati Dadang Subur terhadap pernyataan Irene. Mudahnya seperti ini, saya berkoar — koar di media sosial bahwa saya lebih baik dari Jonathan Christie dalam bermain bulu tangkis, dan tentu saja Jonathan Christie tidak mengakuinya. Kemudian, saya menantang Jonathan Christie untuk bertanding bulu tangkis melawan saya, jika ia tidak mau, maka saya akan berkicau ke publik ia takut kalah melawan saya, sungguh lucu bukan? Sebagai pelatnas dan Woman Grandmaster, seharusnya Irene mengerti bahwa pertandingan seharusnya dilakukan di arena pertandingan resmi. Namun, pertandingan kali ini diadakan karena Dadang Subur berkata “saya sakit hati dengan pernyataan Irene dan ingin menuntaskan semuanya diatas papan catur” dan dibumbui oleh sentimen publik. Lucunya lagi, Irene mengaku akan bertanding sebagai pecatur profesional, namun dalam prosesnya, ia masih harus memiliki surat izin dari Kemenpora untuk bertanding, yang sepertinya mengindikasikan bahwa tidak mungkin menghilangkan status pelatnas catur yang menempel di dirinya. Sebagai mantan atlet profesional yang sudah pensiun, saya rasa Irene tidak perlu menyanggupi tawaran bermain catur melawan Dadang Subur. Jika memang Dadang Subur ingin melawan Irene, silahkan ikuti turnamen resmi hingga anda layak melawan Irene di arena pertandingan atau di meja Pelatnas. Sekali lagi, kejadian ini seolah memberikan “fasilitas” berlebihan pada Dadang Subur.

The Queen’s Gambit?

Bagaimanapun, nasi sudah menjadi bubur dan salah satu pertandingan persahabatan catur terpanas akan dilaksanakan pada 22 Maret 2021 ini. Sebetulnya, meskipun penggunaan katanya tepat, saya lebih suka menggunakan kalimat ini: tarkam. Benar, istilah pertandingan persahabatan sepertinya terlalu dibuat — buat untuk pertandingan ini. Tidak bisa disebut mirip uji coba karena sangat jauh perbedaan pengalaman dan Elo rating-nya, bahkan salah satunya tidak memiliki Elo rating resmi. Tidak bisa disebut persahabatan, karena jelas pertandingan ini sarat akan emosi, bukan hanya emosi Dadang Subur, namun juga emosi publik. Bagaimana sistem pertandingannya? Rapid chess? Blitz chess? Tidak ada yang tahu pasti, yang jelas, publik hanya ingin 1 orang pemenang dan tentunya tidak ada ruang untuk berbuat curang. Untuk Kemenpora, KONI, KOI, dan Percasi tentunya dapat menonton sambil menyeruput kopi. Dan tentunya siapapun yang menang dan kalah, saya tidak peduli. Sekian trailer film rekomendasi saya kali ini.

*Edit 22-Mar-21: Irene memenangkan pertandingan dengan skor 3–0 dalam sistem 4 babak. Semoga semua atlet pelatnas semakin sadar untuk tidak mengikuti kompetisi — kompetisi tarkam hanya karena tantangan pemain amatiran.

--

--